Tuesday 10 May 2011

KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK INDONESIA


SK 1: Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk
KD 1.1 : Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan pertumbuhan jumlah penduduk

KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK INDONESIA

A.    Unsur Fisik Wilayah Indonesia
1.     Letak Indonesia
Secara astronomis Indonesia terletak antara 6°LU -11°LS dan 95°BT-141°BT. Letak Astronomis tersebut menyebabkan Indonesia beriklim tropis dan terbagi menjadi 3 daerah waktu yaitu :
a.     WIB (Waktu Indonesia Barat) dengan patokan garis bujur 105°BT dengan selisih waktu 7 jam lebih awal dari GMT. Meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, dan Kalimantan tengah
b.     WITA (Waktu Indonesia Tengah) dengan patokan garis bujur 120°BT dan selisih waktu 8 jam lebih awal dari GMT. Meliputi daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
c.     WIT (Waktu Indonesia Timur) dengan patokan garis bujur 135°BT  dan selisih waktu 9 jam lebih awal dari GMT. Meliputi Kepulauan Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Perhatikan letak astronomis wilayah Indonesia berikut ini :

Secara Geografis Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Perhatikan letak geografis Indonesia berikut ini :

Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada posisi silang sehingga Indonesia berada pada jalur transportasi perdagangan yang ramai. Bahkan sejak dulu perairan Nusantara merupakan yang ramai dilalui kapal-kapal dagang dari India, Eropa, dan Cina. Dampaknya menyebabkan Indonesia kaya akan keberagaman budaya dan suku bangsa.

Pengaruh Letak Indonesia Terhadap Perubahan Musim
Perpaduan antara letak Astronomis dan geografis menimbulkan kondisi sebagai berikut:
a.     Matahari bersinar terus menerus sepanjang tahun
b.     Penguapan tinggi sehingga kelembapan juga tinggi
c.     Memiliki curah hujan relatif tinggi
d.     Memiliki wilayah hutan hujan tropis yang cukup lebat
e.     Indonesia mengalami pergantian musim setiap 6 bulan sekali
Pergantian musim tersebut disebabkan oleh gerak semu matahari. Pehatikan gambar berikut :

Pada tanggal 23 Maret, posisi matahari tepat diatas khatulistiwa kemudian matahari seolah-olah bergeser ke arah Utara, hingga pada tanggal 21 Juni matahari seolah-olah condong di utara (titik balik utara). Matahari seolah-olah terus bergeser  kearah selatan sehingga pada tanggal 23 September matahari kembali tepat diatas khatulistiwa, kemudian seolah-olah bergeser ke selatan sehingga pada tanggal 22 Desember matahari seolah-olah condong keselatan (di garis balik selatan). Pergerakan matahari terus menerus seolah-lah bergeser kembali ke utara hingga pada tanggal 23 maret akan kembali tepat diatas katulistiwa.
Kondisi tersebut akan berpengaruh pada pergantian musim yaitu :
·         Pada pertengahan bulan Maret-September matahari berada di belahan bumi Utara, maka daerah utara (kawasan Benua Asia) akan mengalami pemanasan maksimal, hal ini menyebabkan daerah tersebut memiliki tekanan udara minimum, sehingga angin akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi (belahan bumi selatan atau benua Australia) ke daerah yang bertekanan rendah (belahan bumi utara atau Benua Asia) gerakan angin ini disebut angin muson timur. Karena melewati perairan yang relatif sempit sehingga hanya memiliki sedikit kandungan air. Sehingga menyebabkan terjadinya musim kemarau di sebagian besar Indonesia
·         Sedang pada pertengahan bulan September-Maret kedudukan matahari di bumi bagian elatan sehingga daerah selatan (Benua Australia) mengalami pemanasan maksimal, yang menyebabkan daerah tersebut memiliki tekanan minimum sehingga angin aka bergerak dari daerah Utara (Benua Asia) yang memiliki tekanan tinggi ke daerah selatan (Benua Australia) yag memiliki tekanan rendah. Gerakan udara ini disebut angin muson barat. Karena melewati wilaya perairan yang cukup luas sehingga memiliki kandungan uap air yang cukup banyak sehingga mendatangkan musim hujan di sebagian besar Indonesia.
Perhatikan gambar berikut :

2.     Persebaran jenis tanah di Indonesia
Secara vertikal susunan tanah dapat dilihat saat kita menggali sumur. Saat mencapai kedalaman tertentu akan terlihat perbedaan warna tanah (profil tanah). Secara garis besar profil tanah terbagi menjadi :
1)    Lapisan tanah atas (topsoil) merupakan lapisan tanah paling subur, berwarna cokelat kehitam-hitaman, gembur dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Tempat berkembangnya aktivitas organisme tanah. Banyak sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk (humus).
2)    Lapisan tanah bawah (subsoil) merupaka lapisan tanah yang berada tepat dibawah lapisan topsoil. Memiliki sifat kurang subur karena kandungan zat makanan yang sangat sedikit. Berwarna kemerahan atau lebih terang, struktur lebih padat, memiliki ketebalan 50-60 cm. Aktivitas organisme tanah mulai berkurang hanya akar tunggang saja yang mampu mencapainya.
3)    Lapisan bahan induk tanah (regolith) merupakan asal atau induk tanah bawah. Berwarna kelabu keputih-putihan, kurang subur, sangat keras dan sulit ditembus akar
4)    Lapisan batuan induk (bedrock) merupakan batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan. Terletak di lapisan paling bawah tapi pada daerah pegunungan lipatan atau patahan kadang tersingkap dan menjadi lapisan paling atas tapi tidak dapat ditanami karena merupakan lapisan batuan.
Secara horisontal, tanah dapat dibedakan menjadi :
1)    Tanah gambut (organosol), berwarna hitam memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi, pH tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan kurang subur. Cocok ditanami karet, kelapa dan palawija. Banyak terdapat di kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Riau, kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan timur, dan Papua bagian Selatan.
2)    Tanah latosol, berwarna merah kecokelatan, mudah menyerap air, pH 6-7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humus mudah menurun. Tersebar di kawasan Bukit Brisan, Jawa, kalimantan Timur dan selatan. Pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis.
3)    Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6-7, cenderung gembur, menyerap air tinggi, mudah tererosi. Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4)    Tanah aluvial merupakan tanah hasil endapan banjir. Kesuburannya tergantung pada sumber asal tanah. Banyak terdapat disepanjang lembah sungai-sungai besar.
5)    Tanah litosol merupakan lapisan yang masih sangat muda dan sangat dangkal. Biasanyua tersusun dari batuan kuarsit, kongklomerat, granit, dan batu lapis.
6)    Tanah grumusol mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Banyak dimanfaatkan untuk jenis rumput-rmputan atau tanaman keras seperti jati. Banyak terdapat di Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa tengah (Demak, Grobogan) Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, madiun dan bangil) serta di NTT.
7)    Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Berwarna cokelat kehitaman. Banyak dikembangkan untuk perkebunan dan holtikultura.
8)    Tanah podzolik merah kuning, merupakan jenis tanah yang tersebar luas di Indonesia. Berasal dari batuan kuarsa. Mudah basah, mudah mengalami pencucian oleh air hujan sehingga kesuburannya berkurang. Tersebar di dataran tinggi Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku dan Nusa Tenggara.
9)    Tanah rendzina, merupakan tanah padang rumput yang tipis  berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi pH 7,5-8,5 , peka terehadap erosi, kurang bagus untuk lahan pertanian, biasanya untuk tanaman keras sewmusim. Tersebar di Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa.


B.    Persebaran Flora dan Fauna
1.     Persebaran flora
Secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
a.     Flora Indonesia bagian barat (Asiatis)
Ciri-cirinya : memiliki berbagai jenis tumbuhan kayu yang berharga, selalu hijau sepanjang tahun dan bersifat heterogen.
b.     Flora Indonesia bagian tengah, tidak ada hutan lebat, pada umumnya berupa sabana (padang rumput yang luas dengan tumbuhan kjayu disana sini) Dan stepa (tanah kering yang hanya ditumbuhi semak belukar)
c.     Flora Indonesia bagian timur (Australis), didominasi oleh hutan hujan tropis. Banyak ditumbuhi anggrek.
2.     Persebaran Fauna
a.     Fauna Indonesia Bagian Barat (asiatis), adalah fauna yang terdapat di Pulau Sumatera, kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil disekitarya. Fauna asiatis ini memiliki ciri-ciri antara lain, banyak dijumpai mamalia ukuran besar, banyak jenis kera, dan ikan air tawar, tapi sedikit burung berwarna.
b.     Fauna Indonesia bagian tengah, terdapat di Pulau Sulawesi, Maluku, Nusa tenggara, dan beberapa pulau di sekitarnya. Terdapat fauna endemik berupa burung maleo, anoa, komodo, dan babirusa.
c.     Fauna Indonesia Bangian Timur ( australis), terdapat di Pulau papua, Kep. Aru, dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki jenis mamalia berukuran kecil, hanya memilkiki satu jenis kera dan banyak dijumpai jenis burung berbulu indah, tapi sedikit jenis ikan air tawar.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar di sini...