Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran|Koneksi Antar Materi Modul 3.1
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Hai.. Perkenalkan, saya Uswatul Muzayanah, S.Pd. Guru IPS SMP Negeri 7 Pati. Saya adalah calon guru penggerak angkatan 4 kabupaten Pati. Pada postingan kali ini, saya akan mencoba memaparkan koneksi antar materi modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Dalam paparan koneksi antar materi ini terdapat 10 pertanyaan pemandu seperti berikut ini:
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Menjadi guru yang mampu mengambil keputusan efektif tentunya tidak terlepas dari pengaruh dan pandangan Ki Hajar Dewantara yakni sistem among dan juga Pratap Triloka. Dalam hal ini guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan karakater bagi peserta didik. Selain itu integrasi Pratap Triloka menjadi sangant penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.
Terdapat tiga unsur penting dalam Pratap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani.
Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.
Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.
Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Nilai-nilai kebajikan itulah yang selalu tertanam dalam diri kita. Kita mengenal 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Ketiga prinsip tersebut sangat relevan dengan nilai-nilai kebajikan diatas. Jadi, ketika kita dihadapkan pada dilema etika maka ketika akan mengambil keputusan pasti selalu merujuk pada nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam diri kita sebagai bentuk pertimbangan yang dapat digunakan sebagai prinsip utama pengambilan keputusan.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Pembimbingan yang diberikan fasilitator dan pendamping selama pembelajaran di guru penggerak bagi saya sangat membantu. Materi pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ini juga sangat membantu. Memang terkadang ketika keputusan sudah diambil, masih ada pertanyaan-pertanyaan apakah keputusan yang saya ambil ini sudah yang terbaik bagi semua pihak? Namun pertanyaan tersebut saya kembalikan lagi pada prinsip pengambilan keputusan yang sudah digunakan.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dengan selalu melatih kompetensi sosial dan emosionalnya maka seorang guru akan dapat mengambil keputusan dengan baik. Sebelum mengambil keputusan terhadap dilema etika yang dialami, seorang guru harus berfikir dahulu sebelum bertindak. Sangat penting untuk mengenali emosinya, mengelola dirinya, menyadari lingkungan sosialnya, mau berelasi atau bekerjasama dengan orang lain sehingga dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Seorang guru ketika sudah memiliki 5 keterampilan sosial emosional yang disebutkan di atas niscaya akan dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi semua pihak.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Studi kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika seharusnya akan dikembalikan pada nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri seorang pendidik. Ketika pendidik mengalami bujukan moral, maka apakah pilihan benar atau salah yang diambil pasti akan berpikir dan kembali pada nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Apalagi dilema etika yang dialami pendidik, maka dalam pengambilan keputusannya pasti tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai itu akan menjadi dasar dari prinsip pengambilan keputusan yang akan dia lakukan
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang memperhatikan rumus 439 (4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan) diharapkan akan mendapatkan sebuah keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Jika keputusan yang diambil akan memberikan dampak buruk bagi pihak lain, atau membuat suasana tidak kondusif, tidak aman, dan tidak nyaman bagi pihak lain maka tidak mungkin keputusan itu akan diambil, karena sudah pasti akan bertentangan dengan nilai yang sudah tertanam dalam dirinya.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sejauh ini, saya baru mencoba menerapkan rumus 439 dalam pengambilan keputusan terhadap dilema etika yang saya alami dalam diri saya pribadi dan atau kelas saya. Saya belum mencoba menerapkan dalam lingkungan lebih besar yaitu sekolah saya. Karena semua keputusan berada di tangan pemangku kepentingan yaitu kepala sekolah. Namun dengan sosialisasi tentang pengambilan keputusan yang benar kepada kepala sekolah, saya berharap tidak ada kesulitan yang dialami dalam pengambilan keputusan. Perubahan paradigma di lingkungan sekolah juga sedang berusaha diterapkan. Perubahan paradigma tidak bisa terjadi dengan serta merta dalam waktu yang singkat. Perubahan paradigma bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama dan tidak mungkin terjadi hanya oleh satu atau dua orang saja, namun perubahan paradigma akan terjadi oleh semua ekosistem sekolah.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Sebagai pemimpin pembelajaran tentu dalam pengambilan keputusan akan bertujuan untuk kebahagiaan dan keselamatan murid dalam belajar. Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Dalam proses menuntun anak sesuai kodratnya agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, maka pendidik perlu mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya, mampu mengelola kompetensi sosial dan emosionalnya, mampu memberikan pembimbingan (coaching) bagi murid agar dapat melejitkan potensi yang dimiliki murid. Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Dalam proses pengambilan keputusan seorang pendidik harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan agar hasil yang diambil benar dan berpihak pada murid guna mewujudkan kemerdekaan belajar murid.
Demikian koneksi antar materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga paparan koneksi antar materi ini dapat menjadi sebuah pencerahan bagi rekan-rekan sejawat sebagai pendidik yang memerdekakan pendidikan murid.
Silakan tinggalkan komentar untuk bapak ibu yang membaca artikel ini
Keren Mamh...
ReplyDeleteLuaarrr Biasa Bunda Uswatul...Menjadi Sumber Inspirasi Saya...Sukses Terus Bunda..πππππ
ReplyDeleteEmezingg bun..sukses sll
ReplyDeleteMantulll bingiiitttsss π Teruslah berkarya πͺπͺπͺ
ReplyDeleteBu uswatul, tulisan yang sangat bagus, menambah wawasan dan pemahaman saya, patut diacungi jempol buat semangatnya.
ReplyDelete