Sunday, 28 March 2021

Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara

1. Pengertian masa praaksara

Ilustrasi kehidupan masa praaksara (shutterstock.com)


Masa praaksara merupakan salah satu periode dalam kehidupan manusia ketika manusia yang belum mengenal tulisan. Praaksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara dikenal pula dengan masa prasejarah.

Mengapa tulisan menjadi pembatas waktu masa praaksara? Aksara atau tulisan adalah hasil kebudayaan manusia. Fungsi utama dari aksara ini adalah untuk berkomunikasi dan membaca tentang sesuatu. Sekelompok manusia yang telah mengenal tulisan, biasanya meninggalkan catatan-catatan tertulis kepada generasi berikutnya. Catatan itu dapat berupa batu bertulis (prasasti) dan naskah-naskah kuno. Dari catatan tertulis tersebut, kita dapat mengetahui kehidupan orang-orang zaman dahulu. Dengan demikian penemuan aksara merupakan faktor penting untuk mengetahui suatu peradaban.

Kapan waktu dimulainya masa praaksara dan kapan waktu berakhirnya? Masa praaksara dimulai sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Adapun waktu berakhirnya masa praaksara adalah setelah manusia mulai mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara tidak sama bagi tiap-tiap bangsa. Misalnya bangsa Mesir dan Mesopotamia, mereka telah mengenal tulisan kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Artinya, mereka telah meninggalkan masa praaksara kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Adapun masyarakat di Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari Yupa (batu bertulis peninggalan kerajaan Kutai) yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Dengan demikian, bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara pada abad ke-5 Masehi.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan, maka tidak ada peninggalan tertulis dari masa praaksara. Lalu, bagaimanakah cara mengetahui kehidupan manusia pada masa tersebut? Kehidupan manusia pada masa praaksara dapat dipelajari melalui peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia dan fosil membantu untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk hidup pada masa praaksara.

Dalam mempelajari kehidupan manusia purba diperlukan Ilmu prasejarah. Ilmu prasejarah adalah
ilmu yang menyelidiki segala hal ikhwal manusia pada masa lampau sebelum adanya sumber-sumber
tulisan. Ilmu praaksara dibantu oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan, antara lain:
  1. Archeologi adalah ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala. Orang yang ahli di bidang ilmu Archeologi disebut arkeolog.
  2. Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk manusia dari bentuk yang paling sederhana hingga sekarang.
  3. Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil. Ahli di bidang Paleontologi disebut Paleontolog.
  4. Anthropologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan manusia. Orang yang ahli Anthropologi disebut Anthropolog. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tentang lapisan tanah. Ahli di bidang geologi disebut geolog.

Selain ilmu bantu tersebut, ada tiga cara untuk mempelajari peninggalan jaman prasejarah, antara lain:
stratigrafi, tipologi, dan kimiawi.
  1. Stratigrafi adalah cara mempelajari peninggalan purbakala berdasarkan letak dalam lapisan tanah. Lapisan tanah ini digunakan untuk menentukan tua mudanya usia benda purbakala.
  2. Tipologi adalah cara mempelajari peninggalan benda purbakala dengan cara mengelompokkan benda-bendatersebut sesuai dengan ciri-ciri dan bentuknya yang sejenis.
  3. Kimiawi adalah cara menentukan umur benda purbakala berdasarkan unsur-unsur kimia yang terkandung dalam benda-benda tersebut melalui uji laboratorium.

2. Periodisasi secara Geologis

Pada zaman dahulu keadaan bumi tidak seperti sekarang. Sebelum adanya kehidupan, bumi mengalami perubahan-perubahan. Awalnya bumi dalam keadaan panas dan pijar sehingga tidak ada satu mahkluk hidup yang mampu hidup. Kemudian bumi mendingin dan terbentuklah kerak atau kulit bumi. Mahkluk hidup mulai ada sejalan dengan semakin mendinginnya bumi.

Proses perubahan bumi terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman. Perubahan dari satu zaman ke zaman berikutnya memakan waktu yang lama, sampai jutaan tahun.Menurut para ahli geologi, sejarah perkembangan bumi terbagi menjadi empat periode, yaitu zaman arkaikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum atau kenozoikum. Zaman neozoikum ini terbagi dalam dua bagian, yaitu zaman tertier dan kwartier. Pada zaman kwartier inilah mulai ada tanda-tanda kehidupan manusia.

Periodisasi sejarah perkembangan bumi secara geologis, yaitu:

1) Zaman Arkaikum

Zaman Arkaikum merupakan zaman tertua, zaman ini berlangsung kira-kira sejak 2.500 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan diatasnya.

2) Zaman Palaeozoikum

Zaman kehidupan tua, berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini sudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi dan reptil.

3) Zaman Mesozoikum

Zaman kehidupan pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu. Pada zaman ini, kehidupan di bumi makin berkembang. Binatang-binatang mencapai bentuk tubuh yang besar sekali. Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus. Di samping itu, juga mulai muncul berbagai jenis burung. Zaman mesozoikum disebut pula dengan zaman reptil karena pada zaman ini jenis binatang reptil yang paling banyak ditemukan

4) Neozoikum atau Kenozoikum

Zaman kehidupan baru, berlangsung sejak kira- kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan zaman kuartier.

a) Zaman Tertier

Pada zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai oleh hewan-hewan besar yang menyusui. Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika Utara dan Eropa Utara.

b) Zaman Kuartier

Zaman kuartier berlangsung sejak kira-kira 3.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini sangat penting bagi kita, karena merupakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka bumi.
Zaman Kuarter dibedakan menjadi dua yaitu: kala pleistosen dan kala holosin.

(1) Kala Pleistosen/dilluvium

Pleistosen berarti kala terakhir periode geologis yang disebut zaman es atau glasial. Kala pleistosen berlangsung 3 Juta sampai 10.000 tahun sebelum masehi. Masa ini ditandai dengan mulai mencairnya es yang tertumpuk di Kutub Utara karena terjadi perubahan iklim yang terus menerus. Pada waktu terjadi perluasan permukaan es dan turunnya permukaan air laut, berdampak bagi Indonesia yaitu terbentuknya Paparan Sunda di wilayah bagian barat Indonesia, dan Paparan Sahul di bagian timur Indonesia. Pleistosen terdiri tiga lapisan yaitu: lapisan bawah, tengah dan atas. Lapisan bawah dengan pendukung manusia dari jenis Pithecanthropus Robustus, Pithechanthropus Mojokertensis, dan Meganthropus Palaeojavanicus. Lapisan tengah dengan manusia pendukung Pithecanthropus Erectus. Pleistosen atas dengan manusia pendukungnya Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.

(2) Kala Holosen/Alluvium

Kala Holosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu, ditandai dengan munculnya homo sapiens (manusia cerdas), yang merupakan nenek moyang manusia modern saat ini.

3. Periodisasi secara Arkeologis

Periodisasi secara arkeologis didasarkan atas hasil-hasil temuan benda-benda peninggalan yang dihasilkan oleh manusia yang hidup pada masa praaksara. Berdasarkan penelitian terhadap benda-benda tersebut, masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam. 

1) Zaman Batu

Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan dari cara pengerjaannya, zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu Palaeolithikum, Mesolithikum, dan Neolithikum. Bersamaan dengan zaman Neolithikum, berkembang pula tradisi Megalitihikum.

a) Paleolithikum

Paleolithikum berasal dari kata Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini disebut zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan didaerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. Untuk membedakan temuan benda-benda praaksara di kedua tempat tersebut, para arkeolog sepakat menyebutnya sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden). Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Alat-alat yang digunakan pada zaman ini terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak perimbas atau alat serpih yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbi-umbian.

Ciri-ciri zaman batu tua (Palaeolithikum)
1. Manusia menggunakan alat-alat dari batu, sebagian kecil dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).

Contoh Peralatan Zaman Paleolithikum
Kapak Perimbas
Sumber : Sejarah Nasional Indonesia I

Alat Serpih
Sumber : Sejarah Nasional Indonesia I

b) Mesolithikum

Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). 

Ciri-ciri zaman batu madya (Mesolithikum)

1. Alat-alat yang digunakan lebih halus daripada Zaman Batu Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.

Pada zaman ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris sous Roche.

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger arti sebenarnyaa adalah sampah dapur. Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan sudah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Dari timbunan itu, ditemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan kapak genggam Palaeolithikum. Kapak genggam yang ditemukan tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatra sesuai dengan lokasi penemuannya. Kapak Sumatra ini bentuknya sudah lebih baik dan mulai halus.Selain itu ditemukan pula sejenis kapak pendek dan sejenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling).
Kjokkenmoddinger
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I

Abris Sous Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua) maksudnya adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Alat-alat yang ditemukan pada gua tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan.
Abris Sous Roche
https://cerdika.com/wp-content/uploads/2020/04/Fungsi-Abris-Sous-Roche-compressed.jpg

c) Neolithikum

Neolithikum berasal dari kata Neo yang artinya baru dan Lithos yang artinya batu. Neolithikum berarti zaman batu baru. Pada zaman ini telah terjadi perubahan mendasar pada kehidupan masyarakat praaksara. Mereka mulai hidup menetap dan mampu menghasilkan bahan makanan sendiri melalui kegiatan bercocok tanam. Hasil kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong.
Ciri-ciri zaman batu muda (Neolithikum)
1. Peralatan yang digunakan batu sudah dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.

Contoh peralatan yang dihasilkan pada zaman Neolithikum

1. Kapak Persegi berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Kapak persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil. Kapak berukuran besar disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul. Adapun yang ukuran kecil disebut dengan Tarah atau Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat.

Kapak Persegi
Sumber: Sejarah Nasional Indoensia I

2. Kapak lonjong bentuknya lonjong. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak lonjong ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil. Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut Kleinbeil. Fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Kapak Lonjong
Sumber : Sejarah Nasional Indonesia I

3. Perhiasan. Selain kapak persegi dan kapak lonjong, pada zaman Neolithikum juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah, dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit kerang.
Perhiasan
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I

d). Megalithikum

Megalithik berasal dari kata Mega yang artinya besar dan Lithos yang  artinya batu. Megalithik berarti batu besar. Jadi yang dimaksud dengan tradisi megalithik adalah pendirian bangunan dari batu yang berukuran besar. Tradisi ini muncul pada zaman batu dan erat kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang pada saat itu, yaitu pemujaan tehadap roh nenek moyang. 

Ciri-ciri zaman Megalitikum:

  1. Manusia sudah mengetahui tentang sistem pembagian kerja dan struktur sosial. Oleh karena itu, pada era ini manusia sudah memiliki interaksi sosial yang lebih kompleks
  2. Adanya kepala suku atau pimpinan yang dianggap sebagai primus inter pares. Selain pembagian tugas kerja, di era megalitikum juga sudah mengenal sistem kepemimpinan.
  3. Sudah memiliki tempat tinggal permanen dalam bentuk rumah-rumah sederhana
  4. Logam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun disebut dengan zaman batu, nampaknya manusia megalitikum juga menggunakan peralatan yang terbuat dari logam.
  5. Mengenal sistem food producing atau memproduksi sendiri makanannya. Dalam kesehariannya manusia megalitikum bercocok tanam untuk dikonsumsi sehari-hari.
  6. Sudah mengenal barter dan perdagangan sederhana antar kelompok manusia
  7. Telah menerapkan norma-norma yang ada dan diberlakukan dalam kehidupan. Hal tersebut juga yang mendukung sistem kepemimpinan dan kepercayaan manusia era megalitikum.


Jenis-jenis bangunan megalithik antara lain sebagai berikut.

1. Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yangberfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah meninggal

Menhir dari Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I
 
2. Dolmen adalah bangunan berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang oleh beberapa batu yang lain. Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur. Di samping sebagai tempat pemujaan, dolmen jugaberfungsi sebagai pelinggih, tempat duduk untuk kepala suku atau raja.
Dolmen dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I

3. Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat. Kubur peti batu ini dibentuk dari enam buah papan batu, dan sebuah penutup peti. Papan-papan batu itu disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu, dan biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung.
Peti kubur batu dari Wonosari, DI Yogyakarta
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I
4. Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah.
Waruga
Sumber: http://media.tumblr.com/tumblr_m4d76aduhF1r19ihw.jpg

5. Sarkofagus adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan diberi tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
Sarkofagus
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I


6. Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Punden Berundak
Sumber: http://www.volimaniak.com/2016/11/pengertian-menhir-dolmen-peti-kubur.html

7. Patung. Bentuk patung masih sangat sederhana umumnya berbentuk binatang atau manusia.

Patung
https://cerdika.com/wp-content/uploads/2020/04/Arca-atau-Patung-Zaman-Neolitikum-compressed.jpg

2) Zaman Logam

Sebagai perkembangan dari zaman batu, manusia masuk ke zaman logam. Pada zaman ini, manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam, yaitu perunggu dan besi. Menurut perkembangannya, zaman logam dibedakan menjadi tiga, yaitu zaman perunggu, zaman tembaga dan zaman besi. Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. 

Ciri-ciri Zaman Logam

  1. Sistem gotong royong, sangat menonjol;
  2. Sudah terbentuk desa besar (gabungan beberapa desa)
  3. Mengenali ilmu pengetahuan, seperti: ilmu perbintangan, arah angin, dan pranata mangsa.
  4. Masyarakat tersusun atas kelompok petani, pedagang, dan undagi (pengrajin/tukang)
  5. Ada pengembangan norma-norma kepemimpinan yaitu: ada yang memimpin dan dipimpin
  6. Mata pencaharian masyarakat bercocok tanam dengan didukung alat-alat dari logam, seperti cangkul, sabit, mata bajak
  7. Perdagangan antar pulau sudah maju;
  8. Peternakan berkembang maju, hewan yang diternak adalah kuda dan unggas.
  9. Benda-benda yang dihasilkan pada zaman ini antara lain adalah kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu). 



Berikut ini adalah gambar beberapa benda yang peninggalan zaman logam di Indonesia.
1. Kapak corong dan candrasa 
Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Kapak corong bentuknya beraneka ragam salah satunya adalan candrasa.
Kapak Corong dan Candrasa
https://2.bp.blogspot.com/-W71_4cLbMWk/Wd7unjTB1sI/AAAAAAAAAKo/gXp8LAy61Y89y7S2FS-iWtf8Gquifd6RQCLcBGAs/s1600/Kapak-Corong-dan-Candrasa.jpg

2. Nekara dan Moko
Nekara disebut Genderang Nobat atau Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Nekara difungsikan untuk upacara memanggil arwah/roh nenek moyang, genderang perang dan alat memanggil hujan. Nekara banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Sangean, Rote dan Selayar. Moko adalah genderang kecil yang terbuat dari perunggu. Fungsi moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin atau jujur.
Nekara dan Moko
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgPWN2vrB2PHa3saDSl98JsbobpvRNyYYx33GZLJ3ntTS4vMehNdmRd2Buqz3fSy8zttV6UowEVevsfLEM8F84Owg37x4_lgWUsRUIVSTD5tF-Ei61WNjkb8ut-a5f7b7RO1qHSkF08KIi/s1600/Nekara+zaman+logam.png

3. Arca Perunggu
Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Cincin difungsikan sebagai liontin/bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

4. Bejana perunggu
Bejana ditemukan di tepi Danau Kerinci dan di Madura bentuknya seperti periuk, tetapi langsung dan gepeng. Bejana perunggu pada umumnya difungsikan untuk keperluan memasak.

5. Perhiasan Perunggu
Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti: kalung, gelang tangan dan kaki (binggel), bandul kalung dan cincin. Perhiasan perunggu banyak ditemukan di Bogor, Malang dan Bali.

6. Manik manik
Manik-manik adalah butir-butir yang berlubang dicocok sebagai perhiasan, seperti gelang dan kalung. Manik-manik ini difungsikan sebagai saku kubur (funeral gifts).

7. Gerabah dari perunggu
Gerabah yaitu alat-alat dapat yang digunakan untuk rumah tangga. Gerabah banyak ditemukan di tempat penemuan gerabah misalnya di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), Anyer (Jawa Barat), dan Kalumpang (Sulawesi Selatan).
(1) Arca perunggu; (2) bejana; (3) perhiasan; (4) manik-manik; (5) gerabah
Sumber: Dokumen Penulis


3 comments:

Tinggalkan komentar di sini...