Friday, 2 June 2023

Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia

 

Masuk dan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia telah melahirkan komunitas masyarakat baru, yaitu masyarakat Islam. Lama kelamaan, komunitas Islam itu semakin besar dan kuat kedudukannya. Umumnya, masyarakat Islam tinggal di daerah pesisir dan menyandarkan hidup dari kegiatan pelayaran dan perdagangan. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat Islam lebih baik dan maju dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman yang menynadarkan kehidupannya dari sektor agraris.

Dalam perkembangannya, masyarakat Islam telah menjadi kekuatan baru di Indonesia. Kekuatan masyarakat Islam yang berbasis pada sektor pelayaran dan perdagangan mampu mengimbangi kekuatan Hindu-Budha yang berpusat di daerah pedalaman yang berbasis pada agraris (pertanian). Bahkan, masyarkat Islam mulai berusaha untuk memisahkan diri dari kekuasaan kerajaan Hindu-Budha. Kota-kota bandar yang semula berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu-Budha telah berubah menjadi pusat-pusat kerajaan Islam.

Berdiri dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, selengkapnya adalah sebagai berikut:

  

a.    Kerajaan Perlak

Peninggalan Kesultanan Perlak di Indonesia. (foto: pecihitam)


Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudra Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 - 249 H / 840 - 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang). Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.

Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

b.    Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Rajaraja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.

1)    Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.

2)    Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.

3)    Sultan Malik al Tahir II (1326 - 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya.  Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.

Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai terutama terkait dengan dominasinya dalam perdagangan rempah-rempah, terutama lada. Kerajaan ini memiliki pelabuhan yang strategis di tepi Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan utama antara Timur Tengah, India, dan Asia Timur. Kerajaan Samudera Pasai menjalin hubungan dagang yang erat dengan berbagai negara di wilayah tersebut, termasuk India, Tiongkok, Jawa, dan bahkan negara-negara Muslim seperti Mesir dan Turki.

Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Raja-raja Pasai memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam ke wilayah sekitarnya, termasuk ke Jawa, Sumatera Barat, dan Semenanjung Malaya. Mereka mendirikan masjid-masjid dan lembaga pendidikan Islam yang menjadi pusat pembelajaran agama dan kebudayaan Islam.

Namun, pada abad ke-15, Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran. Salah satu faktor yang berperan dalam kemunduran ini adalah persaingan dengan Kesultanan Malaka yang semakin kuat. Kesultanan Malaka berhasil membangun kekuatan maritim yang mengancam dominasi Samudera Pasai di Selat Malaka. Selain itu, rivalitas internal, konflik suksesi, dan serangan dari luar juga melemahkan kekuasaan Pasai.

Pada akhirnya, pada pertengahan abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai secara resmi runtuh ketika Kesultanan Aceh muncul sebagai kekuatan baru di wilayah tersebut. Kesultanan Aceh kemudian menjadi penerus pengaruh Islam dan perdagangan Samudera Pasai, menjadi salah satu kekuatan maritim terbesar di wilayah ini.

Secara keseluruhan, Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan penyebaran agama Islam. Namun, kemunduran kerajaan ini terjadi karena persaingan dengan Kesultanan Malaka dan faktor-faktor internal yang melemahkan kekuasaannya.

c.    Kerajaan Aceh

Foto: Doc. Universitas Abulyatama Aceh/Sultan Iskandar Muda

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. 

Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur.

Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama'ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.

Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.

Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

 

d.    Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya

Biografi Raden Patah(kompasiana.com)

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521- 1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.

Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.

Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.

Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.

Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

e.    Kerajaan Mataram dan Peninggalannya

Sultan Agung
Sumber: Laman kebudayaan.jogjakota.go.id

Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.

Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.

Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Di eranya, Sultan Agung berhasil menguasai banyak daerah kekuasaan di berbagai wilayah di Jawa. Selain itu, kemajuan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung juga berhasil menyentuh banyak aspek kehidupan masyarakat saat itu. Beberapa di antaranya ialah pada bidang ekonomi, keagamaan, budaya, hukum, pemerintahan dan masih banyak lagi. Di masa kepemimpinannya, Sultan Agung memiliki beberapa kebijakan penting dalam bidang ekonomi yang diusungnya yakni sektor pertanian, fiskal dan juga moneter.

Pada era Sultan Agung beliau membangun sektor pertanian dengan memberikan tanah kepada petani dan membentuk forum komunikasi sebagai tempat pembinaan. Adapun dalam urusan fiskal, Sultan Agung mengatur regulasi pajak yang tidak memberikan beban kepada rakyat. Kemudian pada bidang moneter Sultan Agung membentuk lembaga keuangan untuk mengelola dana kerajaan. Di bidang keagamaan dan hukum Islam, Sultan Agung juga menerapkan aturan yang sesuai dengan aturan Islam. Tak hanya itu, ulama pada kala itu juga diberikan ruang untuk bekerja sama dengan pihak kerajaan. Bahkan, Sultan Agung juga menetapkan penanggalan atau Kalender Jawa sejak tahun 1633 di mana penghitungan tanggal tersebut merupakan kombinasi kalender Saka dan Hijriah. Pada bidang kebudayaan dan kesenian, Sultan Agung juga termasuk pemimpin yang sangat berperan dalam memajukan kesenian wilayahnya. Menurut sumber sejarah, berbagai jenis tarian, gamelan hingga wayang sangat berkembang pesat di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Selain mengawal kemajuan kesenian, Sultan Agung juga turut serta dalam menghasilkan karya seni berupa Serat Sastra Gendhing. Sastra bahasa di zaman tersebut juga semakin berkembang ketika Sultan Agung mulai memberlakukan penggunaan tingkatan bahasa di wilayah luar Yogyakarta hingga Jawa Timur. Sultan Agung juga termasuk pemimpin yang menginisiasi terbentuknya provinsi dengan memilih adipati sebagai kepala wilayah di setiap daerah yang dikuasai Mataram.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda.

Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda. Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti: Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram.

Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.

f.     Kerajaan Banten

Maulana Hassanudin, Salah satu Raja Banten (Ilustrasi: Ist)

Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten.

Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522-1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.

Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan. Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.

Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu'lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu'lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu'lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah. Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).

Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagai raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.

g.    Kerajaan Cirebon

Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.

Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.

Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya. Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

h.    Kerajaan Makasar

Kerajaan Makasar yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan: Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.

Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.

Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan. Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone.

Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi Selatan. Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum Islam. Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur. Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.

Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade'Allapialing Bicarana Pabbalri'e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.

i.      Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.

Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.

Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.

Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan. Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.


Sumber : SETIAWAN, Didang. Pengetahuan sosial 1: SMP/MTs kelas VII/Didang Setiawan — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Friday, 22 April 2022

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran|Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran|Koneksi Antar Materi Modul 3.1

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert



Hai.. Perkenalkan, saya Uswatul Muzayanah, S.Pd. Guru IPS SMP Negeri 7 Pati. Saya adalah calon guru penggerak angkatan 4 kabupaten Pati. Pada postingan kali ini, saya akan mencoba memaparkan koneksi antar materi modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. 

Dalam paparan koneksi antar materi ini terdapat 10 pertanyaan pemandu seperti berikut ini:

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menjadi guru yang mampu mengambil keputusan efektif tentunya tidak terlepas dari pengaruh dan pandangan Ki Hajar Dewantara yakni sistem among dan juga Pratap Triloka. Dalam hal ini guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan karakater bagi peserta didik. Selain itu integrasi Pratap Triloka menjadi sangant penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.

Terdapat tiga unsur penting dalam Pratap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. 

Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.

Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Nilai-nilai kebajikan itulah yang selalu tertanam dalam diri kita. Kita mengenal 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Ketiga prinsip tersebut sangat relevan dengan nilai-nilai kebajikan diatas. Jadi, ketika kita dihadapkan pada dilema etika maka ketika akan mengambil keputusan pasti selalu merujuk pada nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam diri kita sebagai bentuk pertimbangan yang dapat digunakan sebagai prinsip utama pengambilan keputusan.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pembimbingan yang diberikan fasilitator dan pendamping selama pembelajaran di guru penggerak bagi saya sangat membantu. Materi pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ini juga sangat membantu. Memang terkadang ketika keputusan sudah diambil, masih ada pertanyaan-pertanyaan apakah keputusan yang saya ambil ini sudah yang terbaik bagi semua pihak? Namun pertanyaan tersebut saya kembalikan lagi pada prinsip pengambilan keputusan yang sudah digunakan.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dengan selalu melatih kompetensi sosial dan emosionalnya maka seorang guru akan dapat mengambil keputusan dengan baik. Sebelum mengambil keputusan terhadap dilema etika yang dialami, seorang guru harus berfikir dahulu sebelum bertindak. Sangat penting untuk mengenali emosinya, mengelola dirinya, menyadari lingkungan sosialnya, mau berelasi atau bekerjasama dengan orang lain sehingga dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Seorang guru ketika sudah memiliki 5 keterampilan sosial emosional yang disebutkan di atas niscaya akan dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi semua pihak.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Studi kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika seharusnya akan dikembalikan pada nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri seorang pendidik. Ketika pendidik mengalami bujukan moral, maka apakah pilihan benar atau salah yang diambil pasti akan berpikir dan kembali pada nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Apalagi dilema etika yang dialami pendidik, maka dalam pengambilan keputusannya pasti tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai itu akan menjadi dasar dari prinsip pengambilan keputusan yang akan dia lakukan

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang memperhatikan rumus 439 (4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan) diharapkan akan mendapatkan sebuah keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Jika keputusan yang diambil akan memberikan dampak buruk bagi pihak lain, atau membuat suasana tidak kondusif, tidak aman, dan tidak nyaman bagi pihak lain maka tidak mungkin keputusan itu akan diambil, karena sudah pasti akan bertentangan dengan nilai yang sudah tertanam dalam dirinya.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sejauh ini, saya baru mencoba menerapkan rumus 439 dalam pengambilan keputusan terhadap dilema etika yang saya alami dalam diri saya pribadi dan atau kelas saya. Saya belum mencoba menerapkan dalam lingkungan lebih besar yaitu sekolah saya. Karena semua keputusan berada di tangan pemangku kepentingan yaitu kepala sekolah. Namun dengan sosialisasi tentang pengambilan keputusan yang benar kepada kepala sekolah, saya berharap tidak ada kesulitan yang dialami dalam pengambilan keputusan. Perubahan paradigma di lingkungan sekolah juga sedang berusaha diterapkan. Perubahan paradigma tidak bisa terjadi dengan serta merta dalam waktu yang singkat. Perubahan paradigma bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama dan tidak mungkin terjadi hanya oleh satu atau dua orang saja, namun perubahan paradigma akan terjadi oleh semua ekosistem sekolah.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai pemimpin pembelajaran tentu dalam pengambilan keputusan akan bertujuan untuk kebahagiaan dan keselamatan murid dalam belajar. Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam proses menuntun anak sesuai kodratnya agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, maka pendidik perlu mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya, mampu mengelola kompetensi sosial dan emosionalnya, mampu memberikan pembimbingan (coaching) bagi murid agar dapat melejitkan potensi yang dimiliki murid. Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Dalam proses pengambilan keputusan seorang pendidik harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan agar hasil yang diambil benar dan berpihak pada murid guna mewujudkan kemerdekaan belajar murid.

Demikian koneksi antar materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga paparan koneksi antar materi ini dapat menjadi sebuah pencerahan bagi rekan-rekan sejawat sebagai pendidik yang memerdekakan pendidikan murid.

Silakan tinggalkan komentar untuk bapak ibu yang membaca artikel ini

Wednesday, 12 January 2022

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF MODUL 1.4 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

 AKSI NYATA MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF 

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK


A. LATAR BELAKANG

Kelas yang ideal merupakan tempat terbaik untuk menciptakan kemerdekaan belajar anak dan mewujudkan profil pelajar pancasila. Dalam menciptakan kelas yag ideal harus ditumbuhkan budaya positif secara konsisten. Salah satu upaya untuk menumbuhkan budaya positif di kelas maupun di sekolah yaitu dengan melaksanakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti membuat keyakinan kelas, memahami motivasi prilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak, menempatkan posisi guru pada posisi kontrol yang benar, dan melakukan restitusi dalam penyelesaian masalah yang muncul. 

Guna menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan positif di kelas agar terwujud kemerdekaan belajar untuk menciptakan karakter siswa sesuai dengan profil pelajar pancasila, maka perlu dilakukan pembiasaan penumbuhan karakter salah satunya gotong royong.

B. TUJUAN 

Tujuan dari kegiatan aksi nyata budaya positif ini sebagai berikut: 

  1. Terciptanya kelas yang ideal
  2. Tumbuhnya budaya positif di kelas
  3. Terciptanya keyakinan-keyakinan kelas yang dilaksanakan siswa dengan baik
  4. Penerapan restitusi diri bagi murid untuk penyelesaian masalah
  5. Terciptanya kemerdekaan belajar anak sesuai dengan profil pelajar pancasila

C. TOLOK UKUR 

Tolok ukur keberhasilan dalam aksi nyata ini dapat dijelaskan pada uraian berikut:

  1. Kelas tampak menjadi kelas yang ideal
  2. Murid melaksanakan keyakinan kelas dengan baik sebagai indikator tumbuhnya sikap gotong royong sebagai salah satu bentuk budaya positif di kelas
  3. Guru dan murid menerapkan restitusi dalam menyelesaikan masalah
  4. Terciptanya kemerdekaan belajar anak sesuai dengan profil pelajar pancasila

D. PELAKSANAAN AKSI NYATA

Kegiatan aksi nyata dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut
  1. Membuat keyakinan-keyakinan kelas sebagai langkah awal dalam penumbuhan budaya positif di kelas (Minggu ke-1 bulan Januari)
  2. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan keyakinan kelas oleh warga kelas
  3. Melakukan restitusi bagi warga kelas yang melakukan pelanggaran terhadap keyakinan kelas yang sudah dibuat
  4. Meninjau ulang keyakinan keyakinan kelas yang sudah dibuat guna perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang
  5. Mendokumentasikan kegiatan penerapan budaya positif di kelas dan menyusun dalam bentuk laporan
  6. Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan budaya positif di kelas
  7. Mensosialisasikan penerapan budaya positif di kelas
  8. Bersama warga sekolah menciptakan budaya positif di kelasnya masing-masing dan di lingkungan sekolah
Dalam aksi nyata ini dilakukan pembuatan keyakinan kelas sebagai awal penumbuhan budaya positif di kelas. 
Adapun langkah-langkah pembentukan keyakinan kelas adalah:
  1. Guru menyampaikan penjelasan tentang apa itu keyakinan kelas, dan mengapa harus keyakinan kelas bukan peraturan.
  2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai tema yang kita inginkan
  3. Guru membagikan kertas pos-it untuk menuliskan keyakinan kelas sesuai tema masing-masing dan kertas asturo untuk untuk menempelkan keyakinan kelas yang sudah ditulis
  4. Siswa berdiskusi tentang keyakinan kelas yang ingin di tuliskan
  5. Setelah selesai, siswa mempresentasikan keyakinan kelas yang sudah di tuliskan, dengan cara menempelkannya di kertas asturo yang sudah di tempel di papan tulis
  6. Salah satu siswa membacakan keyakinan kelas yang sudah di tempel
  7. Guru bersama siswa membahas kembali keyakinan kelas yang sudah dibuat untuk di sortir atau di pilah-pilah sesuai dengan temanya. 
  8. Semua siswa menyepakati keyakinan kelas yang sudah di susun dengan cara membubuhkan tanda tangan di bagian bawah papan keyakinan kelas. 

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

1. Bahan yang dibutuhkan

  1. Kepala Sekolah 
  2. Siswa
  3. Orang tua/ Wali murid
  4. Guru (rekan sejawat)
  5. Tenaga kependidikan
  6. Pihak pemangku kepentingan

2. Cara mendapatkan : 

Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan mengajak rekan sejawat serta orangtua untuk menumbuhkan budaya positif di kelas maupun di sekolah


DOKUMENTASI

A. RANCANGAN AKSI NYATA

Berikut rancangan aksi nyata budaya positif


B. PELAKSANAAN AKSI NYATA
Berikut dokumentasi kegiatan pembentukan keyakinan kelas

Penjelasan tentang keyakinan kelas
Memberi kesempatan anak untuk bertanya
Siswa berdiskusi keyakinan kelas
Siswa berdiskusi keyakinan kelas
Siswa mempresentasikan keyakinan kelas

Siswa mempresentasikan keyakinan kelas

Siswa mempresentasikan keyakinan kelas

Keyakinan kelas yang sudah disusun

Selain pembentukan keyakinan kelas, juga dilaksanakan segitiga restitusi sebagai kontrol bagi pelanggaran terhadap keyakinan kelas. Berikut dokumentasinya


C. BERBAGI BUDAYA POSITIF

Pada sesi berbagi, saya membagikan modul 1.1 dan 1.4 pada beberapa guru di sekolah. Adapun dokumentasinya sebagai berikut

Sunday, 14 November 2021

1.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’


 

1.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’ - Refleksi terbimbing dilakukan dengan menjawab pertanyaan pemantik berikut: 

1. apa pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

  1. Menuntun segala kekuatan kodrat anak
  2. Mendidik anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman
  3. Pendidikan yang berpihak kepada anak
  4. Menghargai pilihan anak dalam belajar
  5. Konvergensi, pendidikan yang harus memanusiakan dan memperkuat kemanusiaan contohnya gotong royong

2. apa kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini? 

Saya memiliki kekuatan di sekolah diantaranya yaitu:

Kepala sekolah, Guru, siswa, orang tua siswa, Komite sekolah, Tenaga Kependidikan, Instansi terkait

3. apa hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?

Yang perlu saya ubah dari diri saya adalah Tekad saya untuk mewujudkan merdeka belajar bagi peserta didik, yang diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang memiliki karakter profil pelajar pancasila. 

Salah satu profil pelajar panca sila yang ingin saya wujudkan adalah gotong royong

4. apa perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Menyusun dan melaksanakan program perawatan lingkungan sekolah dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos bersama seluruh warga sekolah

Beberapa pertanyaan yang dapat saya jawab dari kerangka merdeka belajar akan saya tampilkan dalam video pada link berikut

Desain Kerangka Merdeka Belajar | Modul 1.1



Desain Kerangka Merdeka Belajar | Modul 1.1- Dalam mendesain kerangka Merdeka Belajar, maka sebaiknya melalui pertanyaan pemantik seperti berikut ini

  1. Pilih satu ‘Profil Pelajar Pancasila’ dalam mengembangkan kerangka ‘Merdeka Belajar’
  2. Identifikasi sumber daya dan potensi (minimal 3 potensi) yang dimiliki oleh sekolah dan kelas Anda yang mendukung ‘Merdeka Belajar’,
  3. Alur kerangka ‘Merdeka Belajar’ adalah sebagai berikut:
    • Tujuan Utama: ‘Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’
    • Profil Pelajar Pancasila:__________(tuliskan profil pilihan kelompok)
    • Kompetensi Pelajar Pancasila: __________ (tuliskan kompetensi yang diharapkan dari Profil Pelajar Pancasila yang dipilih kelompok)
    • Indikator Ketercapaian: ____________________
    • Elaborasi hingga pelaksanaan konkret di sekolah dan kelas Anda:
    1. Apa yang akan dilakukan untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?
    2. Mengapa memilih Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?
    3. Bagaimana mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?
    4. Siapakah para pihak yang terlihat dan bagaimana peran mereka?
  4. Buatlah desain kerangka filosofis ‘Merdeka Belajar’ sesuai dengan kesepakatan kelompok. Desain dapat berupa infografis, poster, animasi, presentasi dll. 
Berikut Desain Kerangka merdeka Belajar Versi saya